Rabu, 29 September 2010

Bahasa Indonesia dan Perkembangannya


           Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Dalam sejarahnya, bahasa Indonesia telah berkembang cukup menarik. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dengan penduduk yang kecil, yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia yang besar. Bahasa Indonesia juga menggeser dan menggoyahkan bahasa-bahasa etnis yang cukup besar seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Di dalam persaingannya, bahasa Indonesia telah berhasil mengalahkan bahasa-bahasa daerah yang ada di dalamnya.



Sejarah perkembangan bahasa Indonesia

Berikut merupakan perkembangan bahasa Indonesia secara rinci :

  • Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
  • Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.
  • Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
  • Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
  • Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
  • Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

seiring perkembangan zaman, Bahasa Indonesia  semakin berkembang mengikuti perkembangan karya sastra dan revolusinya menjadi angkatan-angkatan sastra, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.makin memperkaya bahasa Indonesia. Sejauh ini Bahasa Indonesia telah mengalami banyak perubahan karena orang menggunakan bahasa campuran dalam berinteraksi. Apalagi, sebagian besar masyarakat Indonesia adalah pengguna bahasa Inggris pasif. Parahnya, kadang bahasa Inggris serta-merta diterapkan begitu saja tanpa dipikir terlebih dahulu. Contoh kecil, pada saat kita masuk ke mall atau ke pusat-pusat perbelanjaan, di pintu masuk tertulis in lalu di pintu keluar tertulis out. Artinya, "dalam" dan "luar". Padahal, mungkin yang dimaksud adalah ke dalam atau tempat masuk (entry) dan keluar (exit). Memang, sebuah bahasa terkadang tidak menggunakan kaidah yang baik dan benar, tetapi lebih penting di atas semua itu adalah ketika seseorang berkomunikasi, sebuah maksud tercapai atau tidak, itu saja.



Remaja dan Bahasa Gaul Debby Sahertian


            Mengapa kalau ada bahasa yang rusak, remaja selalu disalahkan? Bukankah akhirnya iklan juga banyak menggunakan bahasa remaja? Bahasa gaul terkadang dipakai di media massa online, offline, koran, televisi, bahkan media umum. Bahasa gaul (prokem, slengean) juga kerap dituduh sebagai perusak bahasa Indonesia. Sekitar tahun 2003, artis Debby Sahertian memberanikan diri menerbitkan kamus kecil berisi daftar istilah yang biasa dipakai oleh remaja, biasa juga disebut dengan Kamus Bahasa Gaul, buku tipis ini terjual laris manis.

             Apa perlunya sih bahasa gaul dan belajar gaul? Semua bergantung kepada keperluan masing-masing. Seorang pengajar (mentor) mungkin perlu sedikit mengetahui bahasa gaul sebagai selingan untuk mengajak berbicara anak didiknya yang remaja. Sebab, dunia remaja sangat unik, penuh tawa, dan kekonyolan.

Tetapi, bahasa gaul boleh dipelajari asal jangan mirip banci, kebanci-bancian. Tidak dipungkiri kaum banci di Indonesia turut menciptakan tren bahasa, gaya, bahkan acara-acara tv hampir rata-rata memakai tokoh banci. Mengapa? Karena banci dianggap lucu, hina, dan bisa jadi bahan ledekan. Padahal, belum tentu banci atau bencong mau diperlakukan seperti itu.





Apa itu Bahasa SMS?


           Era bahasa gaul mungkin akan tergerus oleh revolusi bahasa SMS. Lantaran sudah terlalu sering menulis dengan gaya bahasa SMS, dalam surat elektronik (email) pun kita terbiasa meringkas, memendekkan kalimat, bahkan cenderung mengabaikan tanda baca dan huruf kapital. Di inbox ponsel sering kita temukan kata atau kalimat seperti Titi DJ (hati-hati di jalan), Titi Kamal (hati-hati karena sudah malam), ternak teri (anter anak istri), Dedi Dores (dengan diiringi doa restu), bahkan lafaz Allah ditulis dengan 4jjj, atau assalamualaikum dengan ass, s4 (sempat), sex (sekali), gpp (gak apa-apa, tidak apa-apa), rmh (rumah), skrg (sekarang), kpn (kapan), blm (belum), mkn (makan), dmn (di mana), mhn (mohon), tlg (tolong), udh (udah-sudah), skt (sakit), mlm (malam), slmt (selamat), kbr (kabar), dan teramat banyak lagi yang belum tersebutkan.

            Kepanjangan SMS dalam bahasa Inggris (Short Message Service). Kemudian, ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Surat Menyurat Singkat atau Surat Melalui Selular (SMS). Sebagian orang memang suka menulis singkat-singkat, sebagian lagi malah panjang-panjang. Anehnya, jika ada yang menulis menggunakan huruf kapital dalam SMS berarti bernada marah, padahal belum tentu demikian adanya.

           Apa pun bisa terjadi di tengah perkembangan mutakhir bahasa Indonesia. Bahkan, bukan mustahil bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Mengingat struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana.  

*Ayo, kita dukung bahasa Indonesia yang baik, santun, dan benar :D